MENGHINDARI SIFAT TERCELA
Sifat-sifat akhlak yang baik
(akhlakul karimah) banyak dijelaskan Al Quran terutama yang menyangkut perilaku
keteladanan Rasulullah Muhammad SAW. Ketika salah seorang sahabat bertanya kepada Siti
Aisyah (istri Rasulullah) mengenai bagaimana akhlak Rasulullah itu, Siti Aisyah
menngembalikan pertanyaan kepada sahabat nabi tersebut,” Bukankah anda telah
membaca Al Quran?” Aisyah kemudian mengatakan bahwa Al Qur’an itu mengandung
contoh-contoh tentang akhlak Rasulullah yang sepatutnya dijadikan suri tauladan
oleh seluruh umat manusia.Sifat-sifat akhlak yang buruk atau tercela (akhlakul
mahmudah) juga telah diungkapkan Al Qur’an agar menjkadi peringatan untuk dapat
dijauhi, karena perilaku butuk atau tercela yang dapat merusak iman seseorang
dan pada akhirnya akan merusak dirinya serta kehidupan masyarakat. Akhlak buruk
itulah selalu ditunjukan oleh kaum Quraisy dahulu untuk memojokkan kebenaran
yang disampaikan oleh Rasulullah sebagaimana yang dilakukan oleh tokoh Quraisy,
seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah, Akhnas bin Syariq, Aswas bin Abdi
Yaqutus, dan lail-lain. Oleh karena itu iman merupakan suatu pengakuan terhadap
kebenaran yang harus dipelihara, dan ditingkatkan kualitasnya melalui sikapnya
dan perilaku terpuji.
Rasulullsah SAW bersabda:
Artinya:”Iman itu ialah melihat
dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengerjakan dengan anggota
(perbuatan).” (HR.Bukhari Muslim)
Imam Turmidzi meriwayatkan
dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw bersabda
“Malu adalah sebagian dari iman dan iman itu di surga.
Sedangkan sikap tidak sopan adalah bagian dari buruknya peringai dan perangai
yang buruk adalah di neraka”
Keimanan seseorang akan rusak atau tidak manfaat apabila
seseorang malukukan hal-hal yang dapat mengurangi bahkan merusak keimanannya.
Diantara perbuatan yang tercela dan menyebabkan rusaknya keimanan adalah
hasud,riya’ dan aniaya.
I. HASUD
1. Pengerian Hasud
Hasud
ialah rasa atau sikap tidak senang terhadap kenikmatan atau kebahagiaan yang di
peroleh oleh orang lain dan berusaha untuk melenyapkan atau mencelakaka orang
lain tersebut
Sifat
tercela ini harus dihindari oleh semua orang, khususnya dikalangan generasi
muda muslim karena jika sifat hasud ini terus menerus menjadi kebiasaan, tentu
akan membawa akibat hncurnya kebaikan dalam diri seseorang akibat bertambahnya
sifat rakus, tamak, dendam, serta rasa permusuhan di dalm diri.
Rasulallah
Muhammad SAW bersabda :
Artinya :
“ Telah masuk kedalam tubuhnya penyakit-penyakit umat dahulu ( yaitu ) benci
dan dengki, itulah yang membinasakan agama, bukan dengki mencukur rambut.” (HR.
Ahmad dan Tarmudzi)
Dari hadits tersbut diatas, dapat dipahami bahwa
hancurnya tau terpecahnya agama menjdi bercerai berai saling membenci,
bermusuhan, dan saling merusak disebabkan sifat hasud dan dengki yang
berkepanjangan diantara pemeluknya. Dalam hdist lain Rasullulah Muhammd SAW
bersabda
Artinya :
“Janganlah kami saling mendengki,saling memutuskan hubungan, saling membenci
dan saling membelakangi, jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara sebagaimana
yang telah diperintahkan Allah kepadamu. “(HR. Bukhari dan Muslim)
Apabila kita
perhatikan dan kita kaji dalil-dalil naqli yang terungkap dalam hadits-hadits
Rasulallah SAW bahwa hasud sering terjadi akibat adanya iri hati. Iri hati
artinya : ‘ merasa ingin menguasai sesuatu yang dimiliki orang lain karena
dirinya belum memiliki dan tidak mau ketinggalan.” Iri hati tidak diikuti
dengan perbuatan mencelakakan orang lain tersebut. Iri hati itu ada yang
termasuk sifat tercela dan ada yang tidak.
Berdasarkan
hadits riwayat Nukhari-Muslim ada dua macam iri hati yang dibolehkan islam, yaitu
iri hati kpada orang yang dianugerahi harta yang banyak kemudian harta itu
digunakannya untuk hal-hal yang diridhoi Allah dan iri hati kepada orang yang
dibri ilmu pngetahuan oleh Allah SWT, kemudian ilmu itu diamalkannya serta
diajarkn pada orang lain.
Seseorang
yang beriman kepada qada’ dan qadar tentu tidak akan bersikap dengki kepada
orang lain yang mempunyai kelebihan karena ia menyadari bahwa hal itu merupakan
kehendak dan kekuasaan Allah SWT. Allah SWT berfirman :
Artinya : “ Adakah (patut) mereka iri hati
(dengki) kepda manusia (Muhammad) atas karunia yang telah diberikan Allah
kepada mereka.” (Qs. An-Nisaa, 4:54)
Setiap muslim atau muslimah
wajib hukumnya menjauhi sifat hasud / dengki karena hasud termasuk sifat
tercela dan merupakan perbuatan dosa. Allah SWT berfirman :
Artinya : “ Dan jnganlah kami
iri hati terhadap apa yng dikaruniakn Allah kepada sebagian kami lebih banyak
dari sebagian yang lain.” (Qs. An-Nisa, 4 : 32)
Iri hati merupakan penyakit
rohani atau jiwa. Apabila seseorang telah terkena penyakit hati, ia akan jatuh
dari ajaran agama, bersikap takabur, suka merendahkan dan meremehkan orang
lain.Dia tidak mempunyai rasa malu lagi untuk menjatuhkan orang lain, datang
kesana kemari dengan berbagai cara supaya orang yang dihasudnya itu kebahagiaannya
lenyap dari mereka bahkan berpindah kepadanya.
Orang yang mempunyai sikap ini,
sebenarnya merugikan dirinya sendiri, karena sikap demikian akan selalu merasa
tidak puas terhadap berbagai hal, tidak akan dihargai oleh orang lain, takabur,
dan membanggakan diri. Makin lama sikap ini melekat pada diri seseorang, akan
semakin sakit rohaninya atau jiwanya. Ibarat besi kena karat, semakin lama
karat merusak besi semakin hancur besi itu, atau laksana orang minum air laut,
semakin bnyk orang tersebut minum akan semakin haus. Semkin lama sifat hasud
itu melekat pada diri seseorang, semakin rusk dan semakin tidak puas jiwanya.
2, Bahaya atau Kerugian yang
ditimbulkan oleh Perbuatan Hasud antara lain :
1). Dapat memutuskan hubungan persaudaraan dan menghapus segala
kebaikan yang pernah dilaksanakan.
Rasulallah SAW bersabda :
Artinya : “ Juhkanlah dirimu dari hasud karena
sesungguhnya hasud itu memakan kebaikan – kebaikan sebagaimana api memakan kayu
bakar.” (HR. Abu Daud)
2). Dapat
merusak iman
Rasulallah SAW bersabda :
Artinya : “Dengki (hasud) merusak iman
sebagaimana Jadam merusak madu.” (HR. Daelami)
3). Dapat merusak mental (hati) pendngki itu
sendiri, sehingg kehidupan merasa gelisah dan tidak memperoleh ketentraman.
4). Dapat menimbulkan kerugian atau bencana baik
bagi penghsud maupun orang yang dihasud.
3. Usaha-usaha Preventif Perbuatan
Hasud
Agar terhindar dri penyakit
hasud orang- orng yng beriman diperinthkan untuk :
1). Memohon perlindungan kepada Allah SWT dari kejahatan pendengki
apabila ia mndengki atau menghasud, sebagaimana telah dijelaskan Allah SWT
dalam Al-Quran : Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang Menguasai subuh dari kejahatan mkhluk-Nya, dari
kejahatan orang yang dengki (penghasud) apabila ia dengki (menghasud).” (Qs. Al-Falaq
ayat 1, 2 & 5)
2). Menyadari bahwa perbuatan hasud itu termasuk perbuatan tercela dan
sangat berbahaya karena sifat tercela itu dapat merugikan orang lain dan
dirinya sendiri.
3). Menyadari bahwa sifat hasud itu merusak amal kebaikan dan dapat menghilangkan
pahalanya.
4). Menumbuhkan sikap jiwa kasih sayang terhadap sesama umat manusia,
karena mereka itu mempunyai hak-hak yang harus dihormati oleh setiap orang.
·
Imam muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari jarir bin Abdullah r.a.
bahwa Rasulallah SAW bersabda :
Orang yang tidak mempunyai sikap lemah lembut
tidaklah mempunyai kebaikan sama sekali.”
·
Abu Daud meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Mughaffal r.a.
bahwa Rasulallah SAW bersabda,
Sesungguhnya Allah Maha Lemah Lembut dan menyukai
sikap lemah lembut. Dia memberi kepada sikap ini sesuatu yang tidak Dia berikan
kepada kekerasan.”
·
Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Aisyah r.a. berkata, “Suatu
hari Rasulallah SAW datang ketempat aliran air ini dengan membawa unta dari
sedekah yang terikat dilehernya. Lalu beliau bersabda :
“Wahai Aisyah, bertaqwalah kepada Allah dan
bersikap lemah lembutlah kepada unta ini. Sesungguhnya sikap lemah lembut jika
masuk kedalam sesuatu maka ia akan
memperindahnya dan jika ia meninggalkannya maka sesuatunitu akan menjadi
buruk.”
II. RIYA’
1. Pengertian Riya’
Riya berasal dari kata “ru’yah”
yang artinya melihat. Menurut istilah riya’ adalah ibadah seseorang yang bukan
karena Allah, tetapi ia ingin dilihat oleh orang lain. Dalam kata lain, riya’
adalah orang yang bermal atau bekerja dengan mengharapkan pujian orang lain.
Imam Al-Hafiz Ibnu Hajar dalan
kitabnya Fathul Bari mengatakan bahwa riya’ ialah ibadah yang dilakukan dengan
tujuan atau maksud agar dapat dilihat orang lain sehingga memuja pelakunya (ia
ingin memperoleh kemasyhuran dan keuntungan dunia). Adapun orang yang berusah
untuk memperdengarkan ucapan ibadah dan amal saleh kepada orang lain dengan
maksud seperti pada riya’ dinamakan sum’ah (ingin didengar).
Riya’ dan sum’ah termasuk sifat
tercela, merupakan syirik kecil yang hukumnya haram dan harus dijauhi oleh
setiap muslim atau muslimah. Rosulullah bersabda :
أَخوَفَ
مَا أَخَافُ عَلَيكُمُ الشِركُ الاَصغَرُ فَسُئِلَ عَنهُ فَقَالَ الرِّيَآءُ (رواخ
احمد)
Artinya : Sesungguhnya yang
paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil, sahabat bertanya
“apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah ?” Rasul menjawab “, Riya’ (HR. Ahmad)
Pada Hadis lain Rasulullah SAW
Bersabda
Artinya : Rasulullah SAW bersabda, “Allah Azza Wajalla
berfirman pada hari kiamat, yaitu diwaktu sekalian hamba melihat hasil-hasil
amalannya : Pergilah kamu kepada semua apa yang kamu jadikan bahan pamer
(riya’) di dunia. Lihatlah apakah kamu semua memperoleh balasan dari mereka?
(HR. Ahmad dan Baihaki)
2. Macam-macam
Riya’
Menurut Imam Ghazali, sifat riya’ itu dapat
dibagi menjadi 2 (dua) bagia, yaitu :
1). Riya’ yang berhubungan dengan keduniaan
(ibadah ghoeru mahdah)
2). Riya’ yang berhubungan dengan ibadah mahdah
Ria
yang berhubungan dengan keduniaan adalah segala jenis usaha seseorang dengan
niat di dalam hatinya mengharapkan kedudukan atau pujian dari orang lain,
contohnya : kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan sosial kemsyarakat.
Sedangkan riya’ yang berhubungan dengan ibadah, yaitu ibadah yang dilakukan
oleh seseorang, selain mengharapkan keridoan Allah SWT, ia juga mengharapkan
pujian atau sanjungan dari orang lain.
Ditinjau
dari brntuknya riya’ ada 2 (dua)
1). Riya’
dalam hal niat
2) Riya’
dalam hal perbuatan atau tindakan
Seorang yang mengatakan bahwa ia ikhlas taat kepada Allah SWT, padahal
dalam hati yang sebnarnya tidak demikian, maka yang demikian itu tergolong
riya’ dalam niat, sdang riya’ dalam perbuatan seperti orang yang berpakaian
mewah dengan maksud agar orang lain memujinya. Riya’ dalam ucapan seperti
seringnya memberi nasehat kepada orang lain, mengucapkan kata-kata hikmah,
sering bertasbih jika dihadapan orang banyak tapi jika sendirian hanya melamun
saja dan hal yang dilakukan itu hanya ingin dilihat orang lain bahwa dia itu
seorang yang alim, taat beragama, padahal sesunggunya tidak demikian.
Ukuran riya’ atau tidaknya pekerjaan seseorang itu niat atau getaran hati
(qalbu) seseorang, sikap ini hanya dia sendiri yang dapat mengukur dan
merasakannya, orang lain tidak dapat mengetahui. Sedang ukuran riya’yang kedua
pengaruhnya terlihat dalam kegiatan sehari-hari.
Riya dlam hal urusan dunia (ibadah ghaer mahdah) atau riya’ dalam ibadah
(mahdah) banyak diungkapkan dalam Al-Quran, diantaranya :
1). Riya’
dalam perbuatan
Seperti ketika akan mengerjakan shalat,
seseorang tampak memperlihatkan kesungguhan dan kerajinan, namun alasannya
karena takut dinilai rendah dihadapan guru atau orang lain. Dia melaksanakan
shalat dengan khusyuk dan takut disertai harapan mendapat perhatian dalam QS.
Al-Ma’un ayat 4 -7
(1). Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(2). (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
(3). orang-orang yang berbuat riya
(4). dan enggan (menolong dengan) barang berguna
2). Riya dalam prilaku
Firman Allah dalan QS. An-Nisa 142
Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka
dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan
neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.
Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk
mencari pujian atau popularitas di masyarakat.
Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka
berada di hadapan orang.
3). Riya’
dalam tindakan
Firman Allah dalan QS. Al-Baqarah ayat 264
Artinya : Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari
apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir. (QS. Al-Baqarah ayat 264)
3. Ciri-ciri orang yang berbuat
riya’ atau sum’ah
1) Tidak akan melakukan perbuatan baik apabila tidak dilihat orang
2) Amal atau perbuatan baik yang
telah ia lakukan sering diungkit-ungkit atau disebut-sebut
3) Beramal atau beribadah hanya
sekedar ikut-ikutan, itupun dilakukan apabila sedang berada di tengah-tengah
orang banyak
4) Amal (perbuatan baiknya) selalu
ingin dilihat, diperhatikan ingin mendapat pujian dan ingin didengar orang lain
5). Terlihat tekun dan bertambah
motifasinya dalam beribadah apabila mendapat pujian dan sanjungan, sebaliknya
semangatnya akan menurun bahkan menyerah apabila dicela orang
4. Bahaya atau kerugian yang
diakibatkan oleh perbuatan riya” dan sum’ah
1) Muncul rasa ketidakpuasan terhadap
apa yang telah dikerjakannya
2) Muncul rasa hampa dan gelisah
di saat berbuat sesuatu
3) Mrusak nilai kebaikan dan
pahala ibadah, bahkan bisa hilang sama sekali.
4) Mengurangi kepercayaan dan rasa
simpati dari orang lain.
5) Menyesal melakukan sesuatu
apabila orang lain tidak melihat dan memperhatikannya.
III. ANIAYA
1. Pengertian Aniaya
Aniaya dalam bahasa arab
disebut “zalim” yang berarti melampaui batas, melanggar ketentuan, keterlalun
atau menempatkan sesuatu permasalahan tidak pada proporsinya.
Aniaya (kezaliman) dapat
diartikan sebagai perbuatan yang melampaui batas-batas kemanusiaan dan
menentang atau menyimpangdari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Allah
SWT.
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Barang siapa yang melanggar hukum-
hukum Allah, merka itulah orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Baqarah,2 : 229)
Aniaya atau zalim termasuk
sifat tercela yang dikutuk Allah, dilaknat para malaikat dan dibenci sesama.
Aniaya atau zalim termasuk perbuatan dosa yang dapat menjatuhkan martabat
pelakunya dan merugikan pihak lain.
2. Macam-macam Aniaya
Sikap dan
perilaku aniaya atau kezaliman, dapat terjadi terhadap Allah SWT, terhadap diri
sendiri, terhadap orang lin dan terhadap alam sekitar atau lingkungan.
1). Aniaya
(zalim) terhadap Allah SWT.
Kezaliman terhadap
Allah SWT, yaitu tidak adanya pengakuan yang jujur, keimanan yang benar,
bahwasanya kita manusia telah diciptakan Allah SWT untuk menjadi “Abdullah”
(hamba Allah) dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun dan sebagai
“Kholifatullah” (Khalifah Allah) yakni pengatur, pengelola dan pemakmur alam
jagadraya ini dengan segala ktentuan dan aturan yang telah Allah SWT tetapkan
dalam Al-Quran dan Sunnah-Nya. Apabila kita tidak mengikuti ketentuan tersebut
berarti kita telah tergolong kepada orang yang telah berbuat aniaya (zalim)
terhadap Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Barang siapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
zalim.” (Qs. Al-Maidah, 5 : 45)
2). Aniaya
(zalim) terhadap diri sendiri
Aniay
terhadap diri sendiri misalnya mmbiarkan diri sendiri dalam keadaan bodoh dn
miskin, karena malas, meminum minuman keras, menyalah gunakan obat-obatan
terlarang (narkoba), menyiksa diri sendiri dan bunuh diri (sebagai akibat dari
tidak mensyukuri nikmat pemberian Allah SWT)
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di
jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dengan tanganmu
kepada kecelakaan, dan berbuat baiklah karena swesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al-Baqarah, 2 :195)
3). Aniaya
(zalim) terhadap sesama manusia
Aniaya terhadap sesama manusia
seperti ghibah (mengumpat), naminah (mengadu domba), fitnah, mencuri, merampok,
melakukan penyiksaan dn melakukan pembunuhan, berbuat korupsi dan manipulasi.
Allah SWT berfirman :
Artinya :’......Dan janganlah kamu berbuat
kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.” (Qs. Hud, 11 : 85)
Rasulallah SAW dalam haditsnya bersabda :
Artinya : “Barang siapa yang merampas hak orang
muslim lainnya, dengan sumpahnya Allah mewajibkan neraka dan mengharamkan surga
baginya. Salah seorang sahabat bertanya, “Walaupun hanya merampas sesuatu yang
sederhana, ya Rasulallah?” Nabi bersabda: “Walaupun hanya sepotong kayu urok.”
(HR. Bukhari)
4). Aniaya
(zalim) terhadap alam (lingkungan)
Berbuat
zalim terhadap alam adalah merusak kelestarian alam, mencemari lingkungan,
menebang pepohonan secara liar, menangkap dan membunuh binatang tanpa
mengindahkan aturan, sehingga akibat dari perbuatan itu dapat mrugikan alam dan
merugikan masyarakat.
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Janganlah kamu berbuat kerusakan
dimuka bumi.”(Qs. Al-Baqarah,2 :11)
Artinya : “Telah terjadi kerusakan di darat dan
di laut, karena usaha tangan manusia supaya merasakan kepada mereka sebagai
akibat kerja mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Qs. Ar-Rum,
30 : 41)
3. Bahaya dan Keburukan Perbuatan
Aniaya
Adapun bahaya dan keburukan sebagai dampak dari
perbuatan aniaya (zalim) dapat menimpa
pelaku (penganiaya), orang yang dianiaya, dan masyarakat.
1). Bahaya / Keburukan yang akan
dialami oleh Penganiaya antara lain :
2). Hidupnya tidak akan disenangi,
melainkan dijauhi bahkan dibenci masyarakat. Allah SWT berfirman dalam Qs.
Al-Mu’minun :18 !
3). Hidupnya tidak akan tenang,
karena dibayangi rasa takut.
4). Mencemarkan nama baik dirinya,
dan keluarganya
5). Mendapatkan hukuman yang
setimpal dengan perbuatan aniaya yang dilakukannya.
6). Mendapat siksa dengan
dicampakkan kedalam api neraka (lihat Qs. Al-Maidah, 5 : 39)
7). Dalam kehidupannya tidak akan mendapat
pelindung atau penolong. Allah SWT dalam Qs. As-Syura ayat 8!
Artinya : “Tiadalah bagi orang zalim itu
pelindung atau penolong.” (Qs. Asy-Syura ayat 8)
4. Bahaya
/ Keburukan yang akan dialami oleh yang dianiaya dan masyarakat, diantaranya :
1).
Ketenangan dan ketentraman dalam hidupnya terganggu.
2).
Menumbuhkan keresahan dan kekerasan di masyarakat.
3).
Mengalami kerugian dan bencana, baik berupa kehilangan harta benda,
penganiayaan terhadap fisik mental bahkan sampai kehilangan jiwa.
4).
Semangat dan gairah kerja bik prindi maupun masyarakat akan menurun, karena
dibayangi rasa takut terhadap perbuatan-perbuatan jahat orang zalim.
5). Allah
SWT akan menurunkan azabNya, apabila kezaliman di suatu negri atau suatu
kelompok msyarakat sudah meraja lela. Allah SWT berfirman dalam Qs. Yunus ayat
13 :
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah
membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman.” (Qs.
Yunus,10 :13)
5. Upaya Prefentif untuk Menghindari
diri dari perbuatan Aniaya
Setiap insan wajib berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk menjauhi perbuatan aniaya (zalim). Diantara usaha
tersebut antara lain :
1). Kesadaran akan eksistensi diri untuk selalu berbuat baik, ramah,
dan sopan santun terhadap semua makhluk Allah ! Rasulallah Saw bersabda :
Artinya : “ Sesungguhnya Allah SWT mewajibkan
berbuat baik kepada segala sesuatu. Bila kamu membunuh, baik-baiklah cara
membunuhnya. Bila kamu menymbelih binatang, baik-baiklah cara menyembelihnya.
Hendaklah salah seorang diantara kamu menajamkan pisaunya, dan hendaklah ia
mempercepat mati binatang sembelihnnya.” (HR. Muslim).
2). Berusaha menegakan keadilan dan kebaikan terhadap diri sendiri,
orang lain dan masyarakat. Allah SWT berfirman :
Artinya : “ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
supaya berlaku adil dan berbuat kebaikan.” (Qs. An-Nahl, 16 : 90)
3). Meningkatkan kehati-hatian bahwa segala bentuk perselisihan,
permusuhan, kedengkian dan peruskn trhadp sesama manusia dan alam semesta pad
akhirnya dpat merugikan diri sendiri.
4). Meningkatkan kesadaran bahwa manusia itu tidak dapat berdiri
sendiri, memerlukan bantuan dari orang lain dan bantuan dari alam. Apabila
mereka dirugikan akibat perbuatan zalim yang pernah dilakukan kita, mereka pun
akan menjauhi dan tidak menutup kemungkinan mereka balik menzalimi.
5). Meningkatkan kesadaran bahwa sebenarnya manusia telah banyak
melakukan kezaliman, kurang patuh pada orang tua, salatpun terkadang tidak tept
waktu dn lainnya. Hal ini jangan sampai ditambah lagi dengan kezaliman yang
lainnya. Oleh karena itu kita senantiasa memohn kepada Allah SWT supaya
dijauhkan dari sifat-sifat demikian. Allah SWT dalam firmannya :
Artinya : “ Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri
kami sendiri dn jika Engkau tidak
mengampuni kami dan membri rahmat kepada kami, pastilah kami termasuk
orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Araf, 7 : 23)
Rangkuman
Ø Hasud berbeda pengertiannya
dengan iri hati, iri hati adalah merasa ingin menguasi sesuatu yang dimiliki
orang lain, karena dirinya belum memiliki dan tidak mau ketinggalan. Iri hati
tidak di ikuti oleh perbuatan mencelakakan dan iri hati itu ada yang dilarang
dan ada yang dibolehkan. Hasud ialah rasa sikap tidak senang terhadap
kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha menghilangkannya atau
mencelakakan orangnya. Dengki (hasud) termasuk sifat tercela perbuatan dosa
yang wajib di jauhi oleh setiap muslim/ muslimah.
Ø Riya’ adalah memperlihatkan
suatu ibadah dan amal saleh kepada orang lain bukan karena Allah, tetapi karena
sesuatu selain Allah. Sedangkan memperdengarkan ucapan ibadah dan amal seleh
kepada orang lain dengan maksud seperti riya disebut sum’ah. Riya’ dan sum’ah
termasuk sifat tercela, syirik kecil yang hukumnya haram dan harus dijauhi oleh
setiap muslim/ muslimah. Riya’ bisa terdapat dalam urusan keagamaan dan dalam
urusan keduniaan. Riya’ akan mendatangkan kerugian dan bencana.
Ø Aniaya (zalim) ialah sikap dan
berperilaku tidak adil aniaya atau bengis yaitu suatu tindakan yang tidak
menusiawi yang bertentangan dengan hak sesama manusia. Aniaya (zalim)termasuk
sifat tercela yang hukumnya haram dan akan mendatangkat kerugian (bencana) di
dunia maupun akhirat.
>
0 komentar:
Posting Komentar