KATA PENGANTAR
Puji sukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas ini.
Makalah ini
di menyajikan rangkuman materi tentang “ CANDI BOROBUDUR  “. Borobudur adalah salah satu dari 7
keajaiban dunia, yang dimiliki oleh negara kita Indonesia, yang merupakan
warisan dari sejarah bangsa Indonesia.
Kami tidak
lupa mengucapkan terima kasih kepada orang-oarang yang ikut membantu terutama
orang tua dalam segi materi dan pada guru yang telah membimbing kami.
Dan juga
kami mohon ma’af sebesar-besarnya karena sebaik-baiknya kami mengerjakan
makalah ini pasti ada kesalahan tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin. 
Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfa’at bagi orang yang membaca khususnya kami yang
mwmbuatnya. Amin.
  Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
  
        Pendidikan
 merupakan suatu program untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
 didapat tidak hanya di sekolah tetapi diluar sekolah pun kita dapat 
memperoleh pendidikan, contohnya sewaktu saya bersama teman-teman 
sekolah study tour ke Yogyakarta dan sekitarnya. Dari tour tersebut kami mengunjungi beberapa obyek wisata diantaranya candi Borobudur.
  
       Candi
 Borobudur adalah sebuah tempat wisata yang sangat terkenal baik didalam
 maupun diluar negeri. Namun tak banyak orang yang mengetahui sejarah 
candi Borobudur.
 Maka dari itulah saya membuat karya ilmiah ini yang berjudul “SEJARAH 
CANDI BOROBUDUR” yang didalamnya terdapat berupa sejarah-sejarah, arti 
nama candi Borobudur dan lainnya.Agar para pembaca mengetahui sejarah 
candi Borobudur.
  
       Sebagai
 penutup penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembimbing yang 
telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
  
1.2 Pembatasan Masalah
  
      Pembatasan dalam karya ilmiah yang berjudul “SEJARAH CANDI BOROBUDUR” adalah sebagai berikut :
  
Ø      Nama Borobudur
  
Ø      Struktur Borobudur
  
Ø      Relief
  
Ø      Tahapan pembangunan Borobudur
  
1.3 Tujuan Penulisan
  
Tujuan penulisan karya tulis yang berjudul “SEJARAH CANDI BOROBUDUR” adalah sebagai berikut :
  
Ø      Untuk mengenal lebih jauh tentang sejarah candi Borobudur.
  
Ø      Untuk menambah wawasan tentang candi Borobudur.
  
Ø      Untuk memenuhi tugas akhir semester.
  
1.4 Metode Penulisan
  
Penulisan memperoleh data dengan dua cara yaitu :
  
1.      Cara Observasi
  
yakni penulis terlibat langsung ke tempat penelitian
  
2.      Cara Kepustakaan
  
Yakni
 penulis mencari keterangan-keterangan yang berhubungan dengan 
permasalahan yang akan di ujikan dalam penyusuna karya tulis.
  
BAB II
  
SEJARAH CANDI BOROBUDUR
  
2.1 Nama Borobudur
  
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur,Magelang,Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Budha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
  
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan, pendiri Borobudur adalah raja dari dinasti Syailendra bernama Samaratungga sekitar 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.
  
2.2 Struktur Borobudur
  
Candi
 Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat 
berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan 
sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
  
Borobudur yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.
  
Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama
 atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan 
batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian 
yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.
  
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
  
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana.
 Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup 
berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu 
masih tampak samar-samar.
  
Tingkatan
 tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa 
yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa 
lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung 
Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang 
disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melalui penelitian 
lebih lanjut tidak pernah ada patung pada stupa utama, patung yang tidak
 selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman dahulu. menurut 
kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak 
boleh dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi ini 
menemukan banyak patung seperti ini.
  
Di
 masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief,
 dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang 
dikirimkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.
  
Borobudur
 tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada 
ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong 
dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di 
lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan
 kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan 
dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari 
bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia
  
Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.
  
2.3 Relief
  
Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita jātaka.
  
Pembacaan
 cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu 
gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan 
berakhir di sebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa 
sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju 
puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi 
lainnya serupa benar.
  
Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna sebagai berikut :
  
Karmawibhangga
  
Sesuai
 dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding 
batur yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Deretan 
relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap
 pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat.
 Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela 
manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga 
perbuatan baik manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan.
  
Lalitawistara
  
Merupakan
 penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi 
bukan merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang 
Buddha dari sorga Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman 
Rusa dekat kota Banaras.
 Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah 
melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi
 timur. Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga 
maupun di dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan 
terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha. Relief tersebut 
menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran 
Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri 
Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan 
wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda
 Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti "hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.
  
Jataka dan Awadana
  
Jataka
 adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran 
Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang 
membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. 
Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik merupakan tahapan 
persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.
  
Sedangkan
 Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya 
bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun 
dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur
 jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam 
deretan yang sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal dari 
kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita Jataka,
 karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
  
Gandawyuha
  
Merupakan
 deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang
 berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan 
Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 
460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul 
Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya
 yaitu Bhadracari.
  
2.4  Tahapan pembangunan Borobudur
  - Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M).
 Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang 
sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada 
tata susun yang dibongkar.
  - Tahap kedua
Pondasi
 Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak 
lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
  - Tahap ketiga
Undak
 atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan 
diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak 
undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
  - Tahap keempat
Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.
  
BAB III
  
PENUTUP
  
3.1 Kesimpulan
  
Candi
 Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang sampai 
saat ini menjadi pusat perhatian masyarakat dunia, baik dari segi 
keparawisataan,arkeologi dan pengetahuan. Maka dari itu kita harus 
menjaga dan mengenalnya lebih jauh.
  
3.2 Saran
  
Mengelilingi
 Candi Borobudur tentu sangat melelahkan. Namun kelelahan itu akan 
terbayar setimpal dengan keindahan yang akan kita dapatkan. Dan didalam 
area Candi Borobudur banyak ditumbuhi pohon yang rindang, itu dapat 
digunakan untuk bersantai ria melepas kelelahan. Bila anda pergi ke 
Yogyakarta jangan lupa untuk mampir ke Borobudur yang begitu indah dan eksotik karena didalamnya banyak sekali ilmu pengetahuan yang kita dapat.
>

 #ref-menu
#ref-menu #ref-menu
#ref-menu






 
0 komentar:
Posting Komentar